Cerita Tentang Penunggu Jembatan Perbatasan Wangandawa dan Kedokansayang – Panturapost.com | Tegal Info

Cerita Tentang Penunggu Jembatan Perbatasan Wangandawa dan Kedokansayang – Panturapost.com | Tegal Info

Orang-orang mengatakan mereka percaya takhayul. tetapi mereka yang menangkapnya segera mengerti bahwa roh itu nyata.

Kurdi Karnowo, warga Desa Kalibuntu, Desa Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, awalnya tidak percaya bahwa bangsa itu alu. Dia mengaku hanya satu malam dalam seminggu.

Ada sebuah cerita, orang Kurdi, demikian ia biasa disapa, yang dibawa oleh seorang penumpang becak dalam perjalanan menuju Desa Kedokansayang, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal. Dalam perjalanan pulang, di tengah jembatan tetangga Wangandawa, Kecamatan Talang, daerah Kedokansayang, samar-samar ia melihat sosok perempuan dengan rambut panjang menutupi wajahnya duduk di atas batu karang jembatan. Dia merasakan rambut berdiri di lehernya.

Dia merasa ada yang tidak beres. Dia menyadari bahwa di atas batu jembatan itu ada sosok seorang wanita berambut panjang. Ketika dia berani melihatnya, dia mendengar tawa. Dia ketakutan, bukan buatan, karena becak yang ada di ketinggian itu meluncur dengan cepat. Sayangnya, pohon pisang di perkebunan itu tiba-tiba tumbang dan mengenai hidung. Ia langsung melompat ke dalam becak yang sedang bergerak.

“Untungnya ada yang naik motor melihat dan membantu,” katanya.

Menurutnya, karena saat itu ia sangat percaya bahwa bangsa adalah yang paling anggun.

“Saya hanya percaya itu adalah roh,” katanya.

Apa yang terjadi pada suku Kurdi juga dialami oleh salah satu kepala sekolah kecil tersebut, sebut saja namanya Tarno, yang ingin menyembunyikan namanya. Yang jelas warga kawasan Banjaran Adiwerna, Kabupaten Tegal.

Seorang wanita misterius duduk di sampingnya, ketika Tarnus menangkapnya kembali ke rumah dari penjaga jembatan di ujung barat jembatan. Ia membenarkan bahwa sosok perempuan itu adalah Kuntilanak asalkan rambutnya yang panjang menutupi wajahnya.

Berbeda dengan orang Kurdi, ketika dia menyeberangi jembatan dengan damai. Hal ini dapat dimaklumi karena di luar Tarno sebagai pendidik, ia dikenal di lingkungan pendidikan sebagai makhluk gaib.

“Penjaga jembatan di sana, sosok Kuntilanak, saya cukup mengerti. Itu hanya menunjukkan dari waktu ke waktu,” katanya.

Ia menambahkan, sungai yang mengalir di bawah jembatan tersebut, sumbernya dari Tuk di lapangan PG. Pangka, yang konon adalah istana setan, yang terkadang ingin tampil angkuh dan muncul di jembatan. Wallahu A’lam!

Lanang Setiawan, seorang kolumnis dan novelis yang menerima penghargaan Penghargaan Sastra “Rancage” 2011.

Baca juga : Berita Tegal