BREBES, radartegalonline – Sampah masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah (Pemkab Brebes). Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kabupaten Brebes. Salah satunya adalah memperkenalkan gerakan inovatif untuk mengatasi masalah sampah. Tentunya dengan Desa Mandiri Sampah Brebes Bebas Sampah Plastik, Pilah Pilih Sampah dari Rumah (Saripah Bestie Pipih Opah).
Inovasi ini dilakukan oleh Urip Sihabudin, Plt. Deputi Kabupaten Brebes, dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) dan Hari Bumi, di Camp Village Bulakelor, Kecamatan Finga, Brebes, pada Jumat 26 Mei 2013.
“Salah satu penyebab pemanasan global adalah pembakaran sampah plastik, ini cara kami melakukan sesuatu, makanya kami melakukan gerakan ini,” katanya.
Dia mencontohkan, tidak jarang dia melihat tumpukan sampah di jalanan desa dan diam. Termasuk di Desa Bulakelor dan sekitar kawasan Peduli. Ada juga yang masih membakar sampahnya dengan sengaja.
“Warga banyak membakar sampah di sini, sebaiknya pemusnahan diproses, kita bisa mulai dari awal aksi kita di rumah,” ujarnya.
Warga yang diundang ke Cura dengan bijak bubar
Ia menambahkan, rata-rata volume sampah di Brebes sekitar 997 botol yang merupakan sampah keluarga. Sedangkan industrinya sekitar 300 ton, tentunya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan kesehatan.
“Kami berusaha membeli sesuatu yang kami butuhkan agar tidak ada sisa makanan yang menjadi sampah,” ajaknya.
Saat itu ia mengajak masyarakat untuk membeli barang-barang yang diperlukan agar tidak musnah. Pertama, dengan menggunakan sesuatu yang dapat didaur ulang. Mereka juga mengurangi penggunaan botol plastik sebagai pengganti tumbler, agar sampah tidak menumpuk dimana-mana.
“Biasakan di rumah saja. Jangan saat gerakannya hanya di sini. Pelaksanaannya justru harus dipenuhi, agar tidak mencemari lingkungan kita, putusnya.
Kepala Dinas Operasi dan Pengelolaan Sampah (DLHPS) Kabupaten Brebes, La Ode Vindar Aris Nugroho mengatakan, hari ini gerakan tersebut bertujuan untuk mewujudkan gerakan desa mandiri sampah, dimana masyarakat dapat mengolah sampah dengan baik dari rumah masing-masing.
“Multihelix kita berkolaborasi dari berbagai pihak, hari ini kita didukung langsung oleh Staf Ahli dari Kementerian Dalam Negeri, itu bukti dukungan dari pusat. Dari sini semakin banyak akademisi, komunitas tentang lingkungan, elemen masyarakat dan lainnya, terungkap.
Berdasarkan lembar data, kata dia, ada 80 titik desersi liar di Kabupaten Brebes yang tersebar di 17 kecamatan. Ini harus menjadi perhatian dan perhatian bersama. Tidak hanya tentang pemerintah, tetapi tentang semua elemen yang terlibat dalam menangani sampah.
“Dengan adanya gerakan ini, kami sangat mengharapkan peran serta masyarakat seperti dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 yaitu peran pemerintah dan masyarakat serta pihak-pihak yang ada untuk bersinergi dan bekerjasama untuk melakukan depopulasi,” ujarnya.
La Ode mengatakan, 53 persen sampah yang berakhir di TPA biasanya merupakan sampah rumah tangga sebagai porsi terbesar. Makanya gerakan ini sangat penting agar pengelolaan sampah jauh lebih baik.***