Kisah Perseteruan Adipati Pragolopati dan Panembahan Senopati Kerajaan Mataram – Info Tegal | Tegal Info

DI DALAM’ Dalam upaya menemukan peristiwa masa lalu, diperlukan berbagai pendekatan untuk membatasinya kekhawatiran mereka tersebar. Juga cerita tentang perseteruan antara dua pemimpin yang dulunya bersahabat. Plotnya hampir terlupakan karena minimnya liputan sejarah kita dalam buku-buku sekolah budaya lokal.

Nama lengkap Adipati Pragolapati adalah Wasis Jayakusuma, salah seorang pimpinan Pimpinan Pati. Dia adalah anak dari Ki Ageng Penjawi, mantan pemimpin. Ia memiliki seorang kakak perempuan cantik yang juga memiliki seorang permaisuri, Panembahan Senopati. Kakak perempuannya bernama Kanjeng Ratu Waskita Jawi atau dikenal juga dengan Ratu Mas.

Dalam berbagai catatan kuno dijelaskan bahwa Adipati Pragolapati adalah sosok yang disayangi masyarakat Pati. Kepemimpinannya berhasil dalam segala hal gemah ripah loh jenawi dan kekuatan militer yang hebat. Adipati Pragolapati menjadikan peruntungan wilayahnya tidak biasa. Dia sering bepergian dengan orang-orang tanpa kesombongan. Di lingkungan keluarga dia juga sangat penyayang. Dia dihormati oleh kakak laki-lakinya, Ratu Mas dan keponakannya, Raden Mas Jolang. Ksatria Adipati Pragolapati juga memiliki tunggangan legendaris. Tunggangannya adalah kuda yang kecepatannya unik di seluruh wilayah Mataram.

Di sisi lain adalah Panembahan Senopati. Nama aslinya adalah Danang Sutawijaya. Ia adalah putra dari Ki Ageng Pamanahan. Panembahan Senopati menjadi Raja Mataram pertama setelah melarikan diri dari Kerajaan Pajang.

Dalam berbagai teks kuno Panembahan Senopati digambarkan sebagai manusia tetap. Ia mampu menaklukkan Kerajaan Pajang dan mempersatukannya di bawah satu kepemimpinan. Panembahan juga mampu memimpin Mataram menjadi kerajaan maju dan cikal bakal kerajaan Mataram Islam yang terkenal. Dari Panembahan Senopati nantinya akan lahir raja-raja besar seperti Amengkurat I dan Sultan Agung.

Diskusi

Memang, persatuan antara dua pemimpin besar ini sangat harmonis. Hubungannya juga dekat karena orang tua mereka, Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pamanahan, adalah saudara. Pragolapati dan Panembahan Senopati adalah cucu Kiai Gede Ngeni. Tak hanya itu, kakak perempuan Pragolapati juga merupakan istri dari Panembahan Senopati. Keduanya mengalami kesulitan sebagai teman.

Namun ada sesuatu yang membuat Pragolapati cedera. Ini dimulai setelah kemenangan pasukan Pragolapati dengan mengalahkan Madiun dan membawa kedua putri Boyongan. Salah satu putrinya bernama Retno Dumilah. Retno Dumilah yang berpenampilan tampan mampu meminang Panembahan Senopati. Perkawinan pun segera digelar tak lama setelah kemenangan atas prajurit Pragolapati. Pragolapati menilai tindakan tersebut sangat tidak tepat mengingat kondisi yang masih belum memungkinkan. Tak hanya itu, yang paling dikhawatirkan Pragolapati adalah posisi kakak laki-lakinya yang ingin menikah. Ratu Mas tidak terima pernikahan dirinya dengan saudara laki-laki dan keponakannya terancam punah. Demikianlah perkawinan Panembahan Senopati dilanjutkan.

Pukulan menyakitkan ini membuat Pragolapati kecewa. Mataram pun tidak selama enam tahun. Panembahan Senopati pun merasa Pragolapati dipermalukan dengan perbuatannya. Pada suatu ketika Pragolapati meminta hak administrasi desa-desa di sebelah utara pegunungan Kendeng dan seratus pucuk tombak dan anak panah. Semuanya diperoleh kecuali tombak. Perang itu.

Perseteruan meletus

Kisah kebencian dua sahabat ini memiliki beberapa versi. Dalam salah satu surat disebutkan bahwa Pragolapati, dengan pasukan yang terlatih dalam pertempuran, dapat dikuasai oleh permusuhan itu. Bahkan pasukan Pragola Pati mampu mendorong pasukan Mataram ke wilayah Prambanan. Disini Panembahan Senopati mengutus putra Raden Mas Jolang ke pamannya.

Mengetahui cucunya sedang menatapnya, Pragolapati terlihat santai. Meski Raden Mas Jolang Pragolapati berusaha menjadi yang terbaik, namun ia tidak bisa menandingi keahlian pamannya. Pragolapati akhirnya melukai pelipis Raden Mas Jolang hingga berdarah dan memerintahkan keponakannya untuk turun. Mengetahui bahwa dia tidak bisa mengalahkan pamannya, Raden Mas Jolang kembali ke Mataram. Kemudian dikatakan bahwa Pragolapati mengembalikan pasukannya dan tidak melanjutkan penyerangan ke Matara. Akhirnya Pragolapati menetap di daerah yang sekarang bernama Gunungpati, salah satu kecamatan di kota Semarang.

Namun ada juga versi lain yang mengatakan bahwa Pati justru difitnah oleh seorang pejabat Matara. Kemudian pergerakan Mataram datang ke Pati. Akhirnya terjadilah duel antara Pragolapati dan Panembahan Senopati selama tiga hari. Singkat cerita, dengan berbagai siasat, akhirnya Panembahan Senopati berhasil mengalahkan tombak Pragolapati. Panembahan menggunakan rencana Senopati untuk membuat Pragolapati kehilangan kekuatannya. Namun, sepeninggal Pragolapati, Panembahan Senopati cukup terpukul. Alasannya adalah dia membunuh keluarganya sebagai sahabatnya. Keputusasaan dan hasutan Pragolapati membuat para petinggi Matara membunuh adik iparnya. Sebab, dalam beberapa tembang dikisahkan, meski ditipu dan difitnah, setiap kali Pragolapati hendak berduel, ia menghormati menantu laki-lakinya itu.

Ada beberapa versi cerita dan perseteruan antara Pragolapati dan Panembahan Senopati. Dua teman dan bahkan permusuhan keluarga. Berjuang untuk mempertahankan kehormatan orang lain dan Anda akan memiliki semangat yang kuat dalam pertarungan. Namun masyarakat Pati konon membenci Matara karena firasat buruknya, dan masyarakat Matara pantang menikah. Dan ini karena mereka kehilangan pemimpin tercinta yaitu Pragolapati, pemimpin yang aktif dan penyayang. Sementara itu, Panembahan Senopati kembali mengembangkan Mataram menjadi kerajaan yang kuat. Namanya juga terukir dalam sejarah sebagai seorang raja yang kuat dan tabah.

Hubungan :

Sudrajat, S. (2008). KISAH DADIPATI JAYAKUSUMA-PANEMBAHAN SENOPATI DALAM SEJARAH BABAD. SEJARAH Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 7(1). http://journal.uny.ac.id/index.php/istoria/article/view/6306.

De Graaf, HJ (1985). Pagi kebangkitan Mataram. Batavia: Graffiti Press.

—Sosrosumantus, KM. & Dibyosudiro (1925). Kronik Pati Yogyakarta: NV.
Mardimulyo (terbit dalam edisi bahasa Jawa).

– Tanpa nama. (1940). Babad Tanah Jawi VII. Batavia: Balai Pustaka.

– gunungpati.semarangkota.go.id pertama kali diindeks oleh Google pada Juli 2018.

Baca juga : Berita Tegal