DESA Meja Timur, termasuk dalam wilayah Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal. Jalan ini 6 RW, dimulai dari utara tentunya; RW 1, 2, 3, dan 4. Secara khusus, RW 5 dan 6 disebut Pedukuh Sulang.
Desa Sulang juga terbagi menjadi 4 kecamatan, yaitu: Sulang Wetan, Sulang Kulon, Sulang Kidul, dan Sulang Lor.
Nama Sulang cukup terkenal dibandingkan nama desanya. Seolah nama itu sudah menjadi julukan Desa Mejasem Orientali. Namun sebelum kawasan ini menjadi benteng Mejas timur, dulunya merupakan satu kesatuan yang disebut “Desa Penyu”.
Sudah di tahun 90-an, kawasan Desa Mejasem tiba-tiba dipecah menjadi dua desa. Peristiwa itu terjadi saat Kepala Desa Mejasem dijabat oleh Ali Mudin.
Setelah dipecah menjadi dua desa, Ali Mudin yang menjabat sebagai kepala desa mengundurkan diri dari jabatan kepala desa beberapa bulan kemudian. Beberapa menit kemudian, Pemilihan Kepala Desa diadakan di dua desa. Saat itu, mantan kepala desa Ali Mudin ikut serta dalam pembangunan desa yaitu di Desa Mejasem Barat. Singkat cerita, Ali Mudin terpecah di desa Capite di desa Mejasem Barat.
Saya mengacu pada pertanyaan nama “Sulang”, dimana sebenarnya nama desa yang akan digunakan? Menurut Supriyanto, seorang warga yang tinggal di Dusun Sulang Wetan, asal mula nama “Sulang” adalah karena menamai versi binatang yang hilang. Tapi ceritanya kurang masuk akal. Pasalnya, selama di Dusun Sulang tidak ada yang memelihara anjing.
“Berdasarkan sejarah Pinisepuh, teori yang berkembang tentang asal usul nama Sulang dari anjing yang hilang tidak meyakinkan mengingat masyarakat di daerah itu beragama,” katanya.
Supriyanto yang merupakan seorang pendidik di salah satu sekolah menengah umum di kota Tegal dan penulis berbagai buku sastra, lebih percaya pada cerita versi kedua.
“Keyakinan saya nama Sulang bukan dari versi pertama. Saya lebih condong ke versi kedua, yaitu kejadian pernah pinesepuh yang kehilangan seekor kerbau betina. Cerita ini mendekati kebenaran karena kerajaan Mejas mendominasi. persawahan terbentang dari timur sampai ujung barat sungai, bantaran sungai Prepil hanya ada tanaman padi,” ujarnya.
Menurutnya, dia lebih percaya pada cerita kedua daripada di surat pertama.
Menanggapi pertanyaan yang dimulai “Sulang”, entah siapa. Sebenarnya nama itu sudah terkenal dari dulu hingga sekarang di Desa Oriental Mejasem. (@)
Lanang Setiawan, kolumnis dan novelis peraih Penghargaan Sastra “Rancagé” 2011