Mengenal Batik Mangrove Pandansari Karya Warga Kaliwlingi, Brebes – Info Tegal | Tegal Info

PENDEK — Tempat bahari tidak hanya kaya akan ikan. Daerah ini juga bisa memproduksi kain batik dari bahan alam. Begitu pula di Desa Pandansari, Desa Kaliwlingi, Kabupaten Brebes.

Selain wisata hutan mangrove, penduduk setempat juga membuat kain batik dari pohon mangrove. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan perekonomian daerah.

Ranimpen (51), pengurus Paguyuban Pengrajin Batik Mangrove Pandansari, mengatakan, ide membatik muncul karena melihat banyak tumbuhan mangrove yang bisa dimanfaatkan untuk pewarna alami kain batik. Jadi kelompok itu dimulai.

Sejak tahun 2016 telah berdiri Kelompok Pengrajin Batik Mangrove Pandansari. Saat ini, lebih dari 20 orang lokal dipekerjakan untuk menjadi seniman Batik Mangrove Pandansari.

Bahan yang digunakan dalam batik mangrove pandansari adalah tanaman nila (Indigofera tinctoria), pohon mangrove, dan kulit kayu mangga. Sedangkan motif khas pada Batik Mangrove Pandansari antara lain gambar ikan glodok dan mangrove.

Ranimpen menjelaskan alasan pembuatan motif batik tersebut adalah gambar ikan glodok dan pohon bakau karena merupakan ciri khas daerah pesisir.

“Karena kita tinggal di daerah pesisir, banyak pohon bakau dan ikan juga, maka kita akan bergabung di sana,” jelasnya, Jumat (27/1/2023).

Proses pembuatan kain Batik Mangrove Pandansari dari awal hingga selesai membutuhkan waktu hingga 1 minggu. Daya tahannya lama karena menggunakan pewarna dari bahan alami.

Proses menjemur pakaian juga tidak sembarangan. Sedangkan untuk mengedit dan merender konten gambar hanya membutuhkan waktu 2 hari.

Selain itu, untuk mendapatkan warna kulit dari penyakit scabies dilakukan secara alami, yaitu melalui proses rebusan terlebih dahulu. Kemudian air yang berubah warna tersebut akan digunakan sebagai pewarna saat mewarnai kain.

Kain Batik Mangrove Pandansari dijual dengan harga Rp 300.000 per lembar. Pemasaran sekarang bisa melalui media sosial atau secara langsung. Menurut Ranimpen, sebagian besar jajarannya berasal dari pejabat pemerintah.

“Kebanyakan yang masuk ordo itu dari pejabat dan di Jepang dari oiska dulu dan ordo,” jelasnya.

Kemudian Ranimpen mengungkapkan, terbentuknya Paguyuban Pengrajin Batik Mangrove Pandansari telah meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Ya, kamu bisa membantu ibu-ibu di lingkungan sekitar. Jika ada pesanan tamu, kami bersyukur kepada Tuhan, sehingga saya bisa memberikan penghasilan kepada mereka,” ujarnya.

Sebelumnya, ia mengikuti berbagai lokakarya untuk seniman pemula. Diantaranya magang di Cirebon, pendidikan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diperindag) Brebes, dan studi banding dari Bali ke Lampung.

Selain itu, Ranimpen berharap kedepannya batiknya semakin maju dan dikenal banyak orang.

“Harapannya batik semakin maju dan dikenal masyarakat luas. Saya sangat ingin membantu seseorang untuk membuat galeri batik,” imbuhnya.

Editor: Irsyam Faiz

Baca juga : Berita Tegal