SLAWI – Ratusan petani yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Desa (Formaddes) Kecamatan Pagerbarang menggelar unjuk rasa di pelataran Pemerintah Kota Tegal, Rabu (1/11/2023). Mereka memperebutkan harga jual tertinggi (HET) dari biaya sumber daya pupuk.
Massa yang terdiri dari berbagai kelompok tani berdatangan dengan membawa bekal dua lusin kendaraan roda dan kendaraan penumpang. Mereka hanya Polres Tegal dan Satpol PP yang menjaga pintu gerbang kantor Bupati Tegal yang tertutup rapat.
Koordinator Formaddes Susmono dalam sambutannya mengatakan, harga subsidi pupuk urea dijual di lapangan dengan harga Rp 250.000 per 50 kilogram. Sebenarnya dicek dengan HET yaitu Rp 112.000 per 50 kg.
Mereka juga meminta massa menyampaikan keinginannya kepada Viceroy Tegal Umi Azizah dan rombongannya. Setelah berhasil menemui Umi, sejumlah duta besar yang dikirim juga mengajukan 8 tuntutan. Diantara mereka:
- Harga subsidi pupuk Urea, subsidi NPK, dan subsidi ZA tidak melebihi HET yang ditetapkan Menteri Pertanian.
- Musim 1 dibawa ke Oktober, November, Desember. Karena Kecamatan Pagerbarang, Balapulang, Margasari, Lebaksiu, Slawi, Dukuhwaru menanam padi 3 kali dalam setahun. Pupuk stok harus tersedia pada bulan November atau Desember.
- Kecamatan Pagerbarang mengalami krisis air untuk pertanian yang sudah berlangsung hampir dua puluh tahun sehingga menyengsarakan petani. Dengan demikian, perlu disediakan pembangunan bendungan, gorong-gorong, dan saluran irigasi baru untuk lahan pertanian pada tahun 2023.
- Ulu-ulu (kelompok) yang mengabdi selama hampir 40 tahun tidak pernah dihargai jasa dan usahanya oleh Pemerintah Tegal. Mereka menuntut upah dan tunjangan hidup, perawatan kesehatan keluarga, karena mereka tidak pernah dibayar untuk pekerjaan mereka.
- LMDH (Masyarakat Lingkungan Dekat Hutan) harus mendapat subsidi pupuk Urea pada tahun 2023.
- Distributor dan pengecer persediaan Urea dan Petro telah dicabut izinnya petani Kabupaten Tegal menderita dan BUMDES di tiap kecamatan diganti sub unit menjadi penyalur dan Gapoktan Kelompok Tani menjadi penjual di tiap desa.
- Sisa pupuk tahun anggaran 2022 sebanyak 2003 ton yang telah disalurkan sebanyak 1619 ton, sisanya 384 ton disalurkan pada tahun 2023 karena petani membutuhkan subsidi pupuk Urea.
- Hanya ada 1 (satu) nama pemilik di sebagian besar desa, sehingga petani tidak memiliki sumber daya.
Usai pendemo bertemu di Pendopo Amangkurat, Raja Muda Tegal Umi Azizah menyatakan bahwa apa yang disampaikan para Formaddes adalah apa yang dirasakan petani di Kabupaten Tegal.
“Pekerjaan petani pemupukan memang sangat sulit, ketika harga tinggi, apalagi untuk sumber daya yang lebih subur, kebetulan mereka tidak mendapatkan pupuk di lapangan sesuai dengan kegiatan individu kelompok,” kata Umi.
Selain kebutuhan air yang terus meningkat saat ini, kami juga perlu mencari solusi terkait Pupuk Indonesia (PI) dan OPD.
“Alhamdulillah semua langsung dilepas, bahkan PI dipermudah ketika ada distributor nakal dan mereka akan memiliki kepemilikan di lapangan,” ujarnya.
Sementara itu, Duta Pupuk Indonesia Wilayah 2, Edy Ekandria membenarkan bahwa distributor bermasalah dan kini telah mendapatkan sanksi pemutusan hubungan kerja.
“Sejauh kuota pupuk, ketentuan Kementerian Pertanian sudah sesuai,” ujarnya.
Editor: Irsyam Faiz