Warga Tegal Tolak Pembangunan Pabrik Sepatu di Desanya | Tegal Info

juga WARUREJA, radartegalonline – Warga Dusun Kedungsambi, Desa Kedungkelor, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal sedang beraktivitas. Disepakati penolakan pembangunan pabrik sepatu dengan menggelar aksi demo di Kantor Kepala Desa Kedungkelor pada Jumat, 26 Mei 2023.

Ratusan warga enggan membangun pabrik sepatu jika kesepakatan dengan warga tersebut tidak dipenuhi oleh pihak pabrik. Warga mulai memadati kantor kepala desa pada pukul 13.30 WIB.

Dalam pertempuran tersebut penduduk yang sebagian besar adalah pemuda terdiri dari spanduk dan berbagai poster. Intinya, massa menolak pembangunan pabrik sepatu di desa tersebut.

Alasan warga tidak mau membangun pabrik sepatu di desanya karena belum ada kesepakatan dengan warga. Terutama untuk dampak positif dan negatifnya, setelah adanya perangkat tersebut.

BACA JUGA: 93 menteri ditempatkan di Brebes

Adi Sucipto, tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan dirinya datang bersama warga untuk menyampaikan aspirasinya. Menurutnya, pembangunan pabrik sepatu tersebut belum bertemu dengan warga.

Jadi, jelas Adi, sebelum berdirinya pabrik sepatu, warga Pemerintah Desa Kedungkelor diminta untuk tidak memberikan kunci atau gerbang, dengan kebijakan publik terlebih dahulu. Apalagi keinginan warga dengan pemilik pabrik atau perusahaan belum terpenuhi dan masih belum ada kesepakatan.

“Tolong jangan berikan kunci atau pintunya Pak Kepala Desa, sebelum pemilik perusahaan memenuhi persyaratan warga,” tanyanya tentang keberatan warga atas pembuatan sepatu di desanya.

“Karena warga tidak mau keputusan diambil, setelah pabrik sepatu berhenti,” ujarnya lagi.

Alasan warga menolak pembangunan pabrik sepatu

Ia mengatakan tidak ingin konsultasi publik segera dilakukan. Karena setelah itu dia akan membuat sensus lagi, yang sepertinya sudah disetujui oleh penduduk.

Namun, ada banyak hal yang harus didiskusikan dengan hati-hati di kedua sisi. Agar tidak ada masalah yang berdampak pada penduduk menolak pembangunan pabrik sepatu di desa mereka.

Koordinator Aksi Edi Macan menjelaskan, upaya warga untuk menjumpai pabrik sepatu sebenarnya memakan waktu lama. Namun, itu bukan niat baik, bahkan kesan memaksakan kehendak untuk segera melakukan konsultasi sosial atau publik.

Meski permintaan warga sangat sederhana, namun mereka ingin bertemu dengan pemilik pabrik. “Saya berharap pemilik pabrik bisa bertemu dengan warga, sehingga bisa merundingkan kelancaran operasional dan kemaslahatan bersama antara pemilik pabrik dan warga,” jelasnya.

Kami perhatikan bahwa pembangunan pabrik sepatu belum memiliki izin ini. Dia belum memberikan izin, tapi tiba-tiba pabrik akan segera dimulai.

Tentu saja, tanah akan mulai ditimbun dan ditutup. Mereka juga membawa alat berat ke lokasi. Sehingga warga pun ingin menolak pabrik sepatu di desanya, sebelum bertemu dengan pemilik pabrik.

“Belum main-main, tiba-tiba datang baju besi berat dan bahan baku juga harus terpenuhi. Ini membuktikan pemilik pabrik tidak memperhatikan warga. Ini hinaan warga. Padahal orang-orang ini ramah, tapi sopan dan santun, tapi juga punya harga diri, ujarnya.

Kepala Desa Kedungkelor Adi Warnoto mengatakan, upaya mencari solusi sudah selesai, meski baru tahap awal. Tentunya mengadakan pertemuan antara pengelola perusahaan atau pemilik pabrik dengan pengelola perumahan.

Ia berharap nantinya akan datang untuk menyelesaikan masalah tersebut, sehingga terjamin ke depannya.

“Saat ini tidak ada yang dilakukan, tidak ada yang bisa dilakukan konsultasi sosial atau publik. Karena tidak ada kesepakatan dengan warga tentang konflik positif dan negatif,” katanya tentang warga yang tidak mau membangun pabrik sepatu di Desa.***

Baca juga : Berita Tegal